Mobil Dinas Pimpinan Dikembalikan

MOBIL dinas yang menjadi kendaraan dua pimpinan dewan kini diparkir di pool sejak awal Maret ini. Kendaran jenis sedan dan minibus ini memang dikembalikan ke pool karen akedua pimpinan DPRD ini maju menjadi calon wakil bupati pada pilkada.

            Dua calon bupati yang juga pimpinan DPRD telah non aktif sebagai ketua dan wakil ketua DPRD. Ketua DPRD Taufiq Gunawansyah yang berpasangan dengan bupati incumbent Don Murdono serta wakil ketua DPRD Dony Ahmad Munir yang berpasangan dengan Endang Sukandar non aktif sejak ditetapkan menjadi calon bupai dan wakil bupati oleh KPU.

            Dalam surat edaran Mendagri Nomor 120/1301/SJ tertanggal 6 Juni 2005 menyebutkan pimpinan dan anggota DPRD yang dicalonkan sebagai kepala daerah dan wakil kepala daerah tidak melaksanakan tugas-tugas sebagai anggota dewan sampai dengan ditetapkannya calon terpilih oleh KPU.

            “Sejak ditetapkan menjadi calon kepala daerah dan wakil kepala daerah pada Senin (11/2) lalu, mereka sudah non aktif dan pimpinan DPRD dipegang oleh wakil ketua Agus Welianto,” kata sekretaris DPRD Iwa Kuswaeri.

            Dalam surat edaran Mendagri itu juga disebutkan, pimpinan dewan sejak ditetapkan KPUD sebagai calon bupati dan wakil bupati maka hak-hak tunjangan jabatan dan lainnya tak lagi diberikan mulai tanggal 1 bulan berikutnya atau pada 1 Maret nanti.

            Hak yang tak diberikan ke pimpinan dewan itu adalah, uang paket, tunjangan jabatan, tunjangan alat kelengkapan DPRD, kendaraan dinas dan belanja penunjang DPRD. Sementara hak keuangan seperti uang representatif, tunjangan keluarga, tunjangan beras dan tunjangan kesejahteraan tetap diberikan.

            Taufiq dan Dony sendiri saat ini sudah jarang terlihat lagi di DPRD. Mereka kini disibukan untuk melakukan sosialisasi dan silaturahmi ke masyarakat untuk mendulang suara pada pencoblosan 13 April nanti.***

Bukan Sekedar Pemanis

SEMUA orang menginginkan perempuan, sudah pasti laki-laki, maupun perempuannya sendiri. Perempuan dicari semua orang. Perempuan diperbincangkan dimana-mana. Perempuan memang sedang naik daun.

            Tetapi tahukah kalau kaum perempuan ini sedang diperbincangkan dan diincar? Diincar oleh partai politik (Parpol) yang sedang mempersiapkan pemilu legislatif 2009.

            Rima (25), warga Desa Mekarjaya, Kecamatan Sumedang Utara yang sudah lima tahun bekerja di sebuah toko waralaba di Sumedang dan sudah menduduki posisi penting dan mapan, tak mengetahui kalau dirinya sebagai salah satu dari kaum perempuan sedang diperbincangkan dan diincar. Meski secara latar belakang pendidikan dan kapabilitasnya, tampaknya ia mempunyai syarat awal incaran parpol.

            Elis (27) alumni STDI yang kini sudah menjadi karyawan andalan di Departemen Penelitian di sebuah pabrik konveksi di Cimanggung juga tak ‘ngeh’ dengan isu-isu perempuan saat ini.

            Dua orang perempuan yang berkapabilitas bagus dengan dukungan pendidikan tinggi yang disebut diatas memang merupakan contoh yang kecil dari para perempuan-perempuan hebat lainnya di Sumedang. Tidak hanya di sektor swasta saja, perempuan hebat juga banyak berkiprah di sektor pemerintah dan tak sedikit yang sudah memegang jabatan penting.

            Akan tetapi, bagi parpol yang akan turut bermain dalam pesta pemilu 2009, mencari perempuan yang sesuai dengan apa yang mereka inginkan cukup sulit. Ini tak hanya terjadi di partai-partai kecil, beberapa partai besar pun mengakuinya. Apalagi bagi parpol-parpol yang akan menjadi pemain baru dalam pemilu nanti.

            Pengurus teras partai berbasis Islam, Partai Bulan Bintang (PBB) mengatakan bahwa mendidik kader perempuan dipartainya cukup sulit. Sulit karena perlakuan dan materi yang disampaikan akan sedikit berbeda dengan kader laki-laki. Bukan membedakan antar dua gender ini, namun bagi PBB, mendidik dan membentuk perempuan berarti mendididik dan membentuk seluruh keluarganya. “Mendidik satu orang perempuan berarti mendidik keluarganya, berarti harus ada perlakuan dan materi tambahan untuk mereka,” kata Kurniawan, Sekretaris DPC PBB.

            Kendati demikian, PBB sudah mempersiapkan dan mempunyai perempuan pilihannya untuk menjadi bakal calon legislatif di pemilu nanti.

            Partai Demokrat dengan Ketua Badan Pemenangan Pemilu daerah (Bappiluda), H.M. Atang Sumantri mengatakan pihaknya masih mengadakan rekruitmen untuk para calon kader perempuan. “Kami membuka kesempatan lebar-lebar untuk para perempuan yang berminat membaktikan dirinya untuk negara melalui parpol kami,” kata Atang.

            Menurutnya, potensi perempuan-perempuan di Sumedang sangat banyak. Mereka berpendidikan dan berkepribadian tinggi. Akan tetapi untuk bisa tertarik kepada bidang politik tak bisa semudah itu. Untuk itu, partainya selalu menerapkan cara-cara yang sekiranya bisa menarik minat perempuan untuk terjun di bidang politik.

            “Kami mengadakan bidang peningkatan pemberdayaan perempuan yang berisikan kegiatan-kegiatan keperempuanan yang menyentuh minat dan hati perepmpuan di berbagai wilayah di Sumedang,” terang Atang.

            Sekretaris DPC PDI Perjuangan, Yaya Widarya menyebutkan, perempuan memang mempunyai kebebasan yang terbuka untuk menjadikan dirinya sebagai apa saja. “Politik hanyalah sebagai salah satu bidang untuk membuat seseorang bisa berkiprah dan membaktikan dirinya sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan yang dimilikinya,” kata Yaya.

            PDIP juga mempunyai cara-cara tersendiri untuk merekrut perempuan. Selama partainya memahami perempuan, maka perempuan dapat memiliki ketertarikan tersendiri kepada partai tanpa paksaan dan trik serta cara yang berkesan menjadikan perempuan sebagai pemanis saja.

            Partai Golkar mengatakan partainya akan mengutamakan kader atau orang dalam partai untuk memenuhi kuota 30 persen perempuan. “Golkarselalu melatih kader perempuan dengan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan perempuan,” kata Minan Sukarnan anggota Fraksi Golkar.

            Sulit atau tidak mencari kader perempuan di parpol memang bisa saja relatif. Namun, kondisi saat ini yang mengatakan bahwa beberapa parpol masih kelabakan mencari kader perempuan sangat erat kaitannya dengan apakah para perempuan-perempuan yang sudah lebih dahulu berada di parpol atau yang sudah menjadi anggota legislatif telah berkiprah dan berjuang demi kaum perempuan?

            Seperti kata Kurniawan, perempuan pintar dan peduli terhadap perjuangan rakyat memang banyak di Sumedang, namun untuk terjun ke politik rupanya mereka menemukan dinding penghalang yang justru membuat perjuangan atau usaha mereka tak maksimal.

            “Jika perempuan-perempuan di parpol atau yang duduk di dewan sudah memperjuangkan kepentingan perempuan maka perempuan diluar sana akan otomatis tertarik pada politik,” tegas Kurniawan.

            Pendapat yang berbeda dilontarkan dari Ridwan Solichin Ketua PKS dan Wakil Ketua PAN Dudi Supardi. Menurut mereka, partainya tidak sulit untuk menemukan kader perempuan yang sesuai dengan kriteria partai. Menurut Ridwan, yang terpenting bagi PKS adalah kader dapat memenuhi asas-asas partai, tidak hanya lihai dalam berpolitik, cerdas, dan mampu bernegara yang baik. “Kami tidak sulit mencari dan mencetak kader perempuan, karena secara otomatis kami sudah dapat mewadahi aspirasi calon kader,” kata Ridwan.

            PKS yang menyatakan sudah dapat memenuhi kuota 30 persen perempuan dalam bursa pencalonan legislatif, menolak jika dalam penetapan perempuan dalam urutan pencalonan hanya menjadi pelengkap atau pemanis saja. “Karena kami sudah mengenal baik kapabilitas dan kemampuannya di partai, jika tidak ada kedua hal itu, kami tidak akan menempatkannya dalam bursa pencalonan,” tegas Ridwan.

            Sementara menurut Dudi, partainya membuka kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk menjadi bakal caleg, terutama untuk perempuan. “Kami sudah mendapatkan perempuan terpilih untuk PAN dan tentunya sesuai dengan kapabilitasnya,” kata Dudi.

            Meski memang tidak mudah mencari kader perempuan, namun parpol sangat menghargai perempuan yang berminat ke politik. Selain kecerdasannya, perempuan memiliki intuisi yang lebih dari kaum pria. Itulah yang membuat kedua pria dari kedua partai ini berpendapat demikian.

            Namun menurut Partai Demokrat yang menyatakan bahwa cukup sulit membentuk kader perempuan, pihaknya tidak ingin pada akhirnya nanti menetapkan perempuan untuk sekedar pemanis saja. “Memang ada kesan seperti itu, namun kami berusaha tidak membuatnya seperti itu,” tegas Atang dari Partai Demokrat.           

            Bagaimanapun, untuk mempersiapkan kuota 30 persen tersebut, berbeda-beda partai menggunakan strateginya, ada yang mempersiapkan calegnya diambil dari kader partai atau ada yang membuka pendaftaran seluas-luasnya kepada seluruh masyarakat.

            Partai Golkar  menyiapkan bakal calegnya dari kader partai namun kader perempuan Golkar tak bisa dengan mudah menjadi caleg karena terkendala masalah administrasi yang tak lengkap. “Loyalitas memang perlu namun kapabilitas dan administrasi kependudukan seperti ijazah harus lengkap,” kata Minan.

 

Vera Suciati

Mengajak Perempuan Berpolitik

KAUM perempuan yang ingin menjadi politisi kini peluangnya cukup besar untuk menjadi anggota legislatif. Selain keterwakilan kaum perempuan harus 30 persen, dalam UU Nomor 10 Tahun 2008 tentang pemilu DPR, DPRD dan DPD, jumlah  dari nomor urut satu sampai empat, minimal di nomor urut tiga harus ada calon legislatif dari perempuan. Atau dikenal dengan istilah three in one.

            Beberapa partai saat memang sedang merekrut kader perempuan untuk menjadi politisi.     Untuk sampai pada kedudukan di legislatif, para perempuan tersebut harus memiliki kematangan dan kemantapan dalam bidang administrasi, sosial, dan politik. Kemampuan tersebut selain didapat di pendidikan formal juga bisa didapat dari sebuah organisasi. Terutama organisasi kepemudaan dan organisasi kemahasiswaan. Namun kemudian masalah muncul karena tidak banyak perempuan yang tergabung dalam sebuah organisasi.

            Pengkaderan perempuan dalam sebuah organisasi dirasakan kurang. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kader perempuan yang sedikit di hampir setiap organisasi terutama organisasi kepemudaan. Sekarang ini kader perempuan mulai mendapatkan perhatian dan banyak organisasi kepemudaan (OKP) yang semakin menggalakan penjaringan kader perempuan.

            Sulitnya mencari kader perempuan dirasakan oleh sebagian besar organisasi kepemudaan di Kabupaten Sumedang. Seperti contohnya kondisi yang dialami oleh para pengurus Forum Komunikasi Studi Mahasiswa Kekaryaan (Fokusmaker) Kabupaten Sumedang. Organisasi yang sempat vakum selama beberapa tahun dan mulai aktif lagi pada tahun 2006 ini memiliki sedikit jumlah kader perempuan.

            Saat ini anggota perempuan yang masuk dalam jajaran kepengurusan Fokusmaker berjumlah tiga orang dan  enam  kader perempuan lain yang baru bergabung dan belum masuk jajaran pengurus.

            Ketua Fokusmaker Sumedang Dadan Setiawan menyatakan, dalam sebuah organisasi kader perempuan sama pentingnya dengan kader laki-laki. Dari segi gender perempuan cenderung ingin menyamai laki-laki, kemudian laki-laki pasti tidak akan mau kalah oleh perempuan jadi keduanya akan saling berlomba untuk menciptakan prestasi masing-masing. “Setiap kader akan berusaha menunjukkan prestasinya dan akan tercipta persaingan yang sehat,” katanya.

            Kesulitan penjaringan kader perempuan disebabkan oleh masih kurangnya kesadaran berorganisasi yang dimiliki oleh perempuan terutama mahasiswi Sumedang. Dari beberapa mahasiswi yang ditemui, mereka mengaku bahwa organisasi kepemudaan cenderung membosankan.

            Suzzan, misalnya, ia yang enggan bergabung dalam organisasi kepemudaan, walaupun banyak teman-temannya yang bergabung dalam berbagai organisasi. “Saya belum tertarik untuk bergabung dalam organisasi, karena terlalu serius dan tidak menyenangkan,” katanya.

            “Saya lebih suka ngumpul sama teman-teman, curhat dan belanja,” timpal Nenah mahasiswa lainnya yang selalu menolak jika ada temannya yang mengajak untuk bergabung dalam sebuah organisasi.

            Sementara  Chrisyanti yang telah tergabung dalam organisasi Fokusmaker merasa bahwa organisasi kepemudaan terutama yang telah menaunginya memberikan banyak manfaat yang dirasakannya baik secara langsung maupun tidak langsung. Chris berpendapat bahwa melalui organisasi dia dapat menambah teman dan saudara. Selain itu banyak pengetahuan yang berharga yang tidak didapatkan di pendidikan formal tapi dia menemukannya dalam organisasi. “Begitu banyak manfaat organisasi bagi saya, sehingga saya tidak dapat menyebutkan semuanya,” ungkap Chris yang dicalonkan untuk masuk dalam fungsionaris parpol.

 

Siti Nurhayat